Rabu, 17 Mei 2017

Mistis Lawu via cemoro sewu





18 febuari 2017, jam 3 sore sepulang kerja, ane bersama bung supri berencana melakukan pendakian ke gunung lawu, packing tas kemaren udah dibilang sangat siap.
Dari tenda, matras, bekal, keril, raincoat dll sudah tercover 

   Sore itu, mendung pekat terlihat menggantung diawan, rasa ragu muncul dihati
Tapi bagaimanapun kami tetap berangkat walau awan hitam sangat jelas banget ditimur.

    Alhamdulillah, mendung saat itu segera tersibak, angin sedikit kencang, namun sungguh beruntung malam itu romannya bakal cerah hehe
Perjalanan telah dimulai, kami berjalan mengikuti rute klaten-solo-tawangmangu-magetan.

    diperjalanan kami klaten-solo cukup lancar tapi sampai diarah tawangmangu-magetan gerimis serta kabut mengiringi perjalanan kami.
Bung supri sebagai sopir sekaligus penunjuk jalan, ia tau betul rute yang harus dilewati
Ia bilang "rawani banter2 don, dalane peteng ndedet, bahaya nek ngepit banter2" begitu cakapnya

   Pukul jam 8 lebih, ane dan bung supri sampai dibasecamp, langsung kami sempatkan melakukan kewajiban sebagai seorang muslim.
20 menit kemudian langsung saja kami berdua melakukan simaksi, mengisi formulir dengan berbagai data diri sebagai cover apabila terjadi hal2 yang tdk diinginkan

 Setelah simaksi beres, langsung saja kita melibas trek yang ada, seringkali diperjalanan kita beristirahat di pos2 yang ada, mungkin lawu via cemoro sewu salah satu trek melelahkan dan yah bikin capek paha hehe, sempat beberapa kali mengalami keram, 

   Target pertama adalah mencapai pos empat dan ngecamp disana, tapi apalah dengan raga yang sudah mulai lelah, akhirnya kita ngecamp jam 1 di atas pos 3, 
Jam 4 kami terbangun, saya sebenarnya tidak bisa tidur karena dingin dan suara bising angin yang menggoyangkan dedaunan dan ranting.

   Sungguh pendakian malam itu bisa dikatakan sangat cerah, gugusan bintang digalaksi bima sakti terlihat berpadu dengan rona aurora malam itu.
Sungguh sebuah malam dengan penuh bintang dengan berbagai ucapan syukur tiada henti. Indah mata memandang, cerah malam itu. Tak satupun kata bisa memproyeksikan keadaaan yang sungguh luar biasa indah.

   Sebuah titik titik sinar yang terangkai menjadi sebuah pemandangan yang mungkin tak semua orang bisa lihat, tentang betapa indah masa lalu ketika tak sedikitpun polusi memrangkap bumi ini.

   Jam 4 kami melanjutkan menyusri trek berbatu tertata, sempat putus asa karena sudah 1 jam lebih kami juga belum sampai dipos 4. Hati berkata "wah gak dapet sunrise kih" udah jam setengah enam pagi belum juga sampai dipos 4. Sejenak kami berhenti, tergelarlah sebuah alas sederhana, dan kuhadapkan diri ke kiblat, sembari sholat dan berdoa mendapat keselamatan dan kecerahan hari hehehe
Tak patah semangat, kami tetap menyuarakan semangat menggebu di sela sela nafas yang terengah-engah.
Tak disangka, Allah berkehendak lain, Suara cekikian pendaki lain pun mulai terdengar, jelas itu tanda pos 4 hampai tergapai. Semakin semangat, peluh ku bakar bersama sebuah ucapan ucapan optimis kulantunkan..hehe

Bung supri yang kelelahan berjalan sangat pelan, hehe itu tanda kalau pada pendakian kali ini adalah milik saya..

  Pos 4 disana kami berdiri sudah, ada satu warung yang menarik perhatian kami.
Ada sebuah warung makan disana, muehehe wah pas banget ya, langsung saja kami menanyakan menu apa saja yang ada diwarung tsb

Dan hati kami jatuh pada pecel legendaris. Kenapa legendaris, karena menu pecel ini sudah melegenda dikalangan pendaki heheheyy..


  Selesai makan kami melanjutkan summit,  hampir pukul 7.30 pagi

Akhirnya kami berdua sampai juga di hargo dumilah.. Puncak gunung lawu..

   dear kawan2 pembaca, maaf.. Kisah mistis tidak jadi saya publikasikan, jika kawan penasaran, gak usah bingung! Packing rasakan sensasi nya sendiri haha


      Terimakasih telah membaca cerita kami..




























Tidak ada komentar:

Posting Komentar