Kamis, 03 Mei 2018

Mendaki gunung merbabu via selo baru gancik

                                   

     Malam itu tanggal 28-29 april, aku dan temenku siap-siap re-packing guna mengunjungi
Gunung merbabu. Kami berdua berangkat habis maghrib, klaten-boyolali malam itu sangat 
Ramai, berhubung malam itu adalah malam minggu jadi diperjalanan kita sedikit kena macet. Haha ini kan baru diklaten, sudah sewajarnya bila malem minggu saat itu ramai
Karena banyak orang-orang menghabiskan waktu setelah senggang waktu bekerja maupun 
Sekolah. Skip, jam setengah delapan kita sampai dibasecamp selo baru gancik.
Malam itu banyak sekali orang yang mendaki. Sebenarnya kurang srek mendaki waktu malam minggu ataupun dihari libur, dimana gunung jadi terlalu rame juga terlalu berisik.

    Sebagai seseorang yang hobi mendaki, saya lebih senang mendaki diwaktu hari-hari biasa
Alesannya karena gunung jadi gak terlalu rame dan saya bisa menyatu bersama keheningan alam. 
Sedikit curhat saya sudah menjajal si dobel "M" Merapi-Merbabu seorang diri waktu itu.
Bukan sok-sokan berani melawan alam. Tentu tidak. Saya cuma mencoba memperkaya 
Pengalaman "apa jadinya jika saya mendaki seorang diri?" Dan alhasil semua tadi menjadikan saya lebih dewasa dan disaat sepi melanda seorang diri, saya bisa memahami
Untuk apa seorang manusia diciptakan dan merenungi perbuatan tak baik apa yang telah 
Saya perbuat dimasa lampau.
Jujur ketakutan selalu menghantui saat itu, ada sebuah pemikiran buruk : bagaimana jadinya jika saya mendaki seorang diri kemudian saya tersesat atau mungkin terkena hipotermia atau kemungkinan terburuk saya mati didalam gunung tersebut.
Tentunya itu adalah hal  yang tak ingin saya temui dalam hobi saya yang satu ini.
Maka dari itu segala sesuatu perlu persiapan lebih.
Dan dalam itu juga saya jadi berfikir bagaimana menyiapkan diri selagi masih hidup
Sebelum nanti saya menemui akhir dari kehidupan saya..

     Dalam mendaki, banyak hikmah yang kita temui. Kita dapat bersosialisasi dengan orang-orang baru yang baru kita temui. Saling tolong menolong, saling bertegur sapa. Saling melempar senyum kesesama. Padahal pada kesibukan yang nyata, itu adalah hal yang sudah jarang kita temui. Apalagi dilingkungan perkotaan.
Disisi kesehatan kita juga   akan  lebih sehat lebih fresh kedepannya, dapat menghargai hal-hal kecil dan yang terakhir kita dapat menghargai sebuah waktu dimana saat itu kita jauh dari rumah yang begitu nyaman, jauh dari keluarga. Apa jadinya jika saat itu juga keluarga dirumah mendengar bahwa kita mengalami peristiwa buruk dan orang dirumah mengetahui, pastinya hal ini adalah hal yang tak ingin semua pendaki ingin alami.
Tentu semua itu adalah hal yang patut kita hargai bahwa alam tak memandang siapa kamu siapa aku siapa dia dari kalangan apa kamu dari kalangan apa dia jadi semua disini benar2 menyatu dengan hukum alam. Jadi sebagai seorang yang mencintai alam dinegeri ini
Bijak lah sebagai seseorang yang hobi mendaki, bila kamu belum bisa berpartisipasi dalam menghijaukan alam setidaknya jangan kau rusak jangan kau tebangi, atau hal sepele agar kita bisa menghargai alam adalah dengan cara tidak membuang sampah sembarangan.
Tentu ini akan menjadi nilai plus buat kamu andai kamu juga seseorang yang gemar mendaki.

     Saat itu jama 7.30 kita berdua langsung menyelesaikan simaksi. Untuk simaksi 
Sendiri kita dikenakan biaya 10ribu rupiah per-orang dan 5000 rupiah untuk parkir kendaraan. Setalah selesai simaksi kita langsung bergegas melanjutkan perjalanan, 
karena Ada target waktu yang saya sudah tentukan.

Basecamp-pos 1.
     Basecamp kepos 1 dapat kita lalui dengan jalan kaki selam 1 jam setengah
Dan 15 menit bila menggunakan jasa ojek gunung. Disini kami berdua memilih menggunakan jasa ojek gunung. Dimana karena dapat menghemat waktu juga
Dapat menghemat tenaga guna summit ke puncak nanti. Untuk ojek digunung merbabu 
Ini sendiri kami berdua dikenakan biaya transport sebesar 30 ribu untuk dua orang.
Lanjut perjalanan.

Pos 1- pos 2
     Dari pos satu kita benar-benar baru memulai perjalanan . Malam itu sangat cerah.
Bulan terang mengiringi langkahi kami , senter juga cukup membantu dikegelapan dalam hutan. Pos 1 ke pos 2 track masih cukup landai terkadang naik namun belum begitu terjal.
Jam 8 lebih kami tiba dipos 2.

Pos 2-pos 3
     Disini jalan mulai menanjak terjal, terhitung dua bukit tinggi dan terjal sejak kita tiba dipos 2 ke pos 3 harus kami lewati, terus berjalan dan terus berjalan, sesekali kami berdua berhenti guna mengambil nafas juga mengembalikan ritme langkah kaki

Pos 3- pos 4
Kami setiba ke pos 3 watu tulis kami sempat terengah -engah hehe 
Itu sebab karena kurangnya olahraga juga karena kita sempat lama libur mendaki beberapa bulan terakhir. Terhitung terakhir sejak agustus 2017 sampai sekarang hehe
Memang sempat kewalahan karena memang telah lama tidak mendaki namun tetap seperti biasa, ciri khas langkah cepat kami tetap mengiringi .
Tanjakan tanjakan bonus tanjakan tanjakan bonus seperti itu kira kira.

Pos 4 (sabana I)- pos 5(sabanaII)
    Kita sampai disabana satu jam setengah sebelas malam, malem itu angin juga terasa kenceng berhembus menusuk sampai ketulang. Mungkin sekitar 10-15 derajat C .
Kami sebenernya ingin membangun camp disini, namun karena terlalu ramai juga terlalu berisik jadi kami mengurungkan niat dan mencoba membangun camp di atas sabana II sebelah timur.
Memang tempat kurang rata, juga kurang ciamik untuk mendirikan tenda. Namun karena berhubung sepi juga view langsung ke sunrise nya nanti   juga merapi didepan ittu jadi pilihan terbaik demi view terbaik hahay
Benar dikata jam 11.10 malam kami berdua membangun tenda . Sempet kesulitan membangun tenda karena tempat bisa dikatakan juga kurang rata juga angin yang berhembus kuat meniup tenda juga dingin yang tak tertahan membuat tangan jadi kaku.
Sempet bercanda kami berdua " sesok nek naik kita bawa cangkul, buat ngrata buat camp area haha" canda teman saya.
Gak papa bro " asal situ yang bawa cangkulnya hihihi" tawa saya.
Setelah build up tenda berhasil langsung kita bergegas memasukan barang-barang kedalam tenda . Smbil menyiapkan makanan karena sudah sangat lapar diperjalanan.
Padahal saya sebelum berangkat saya sempet makan 2x, terus berhenti beli sate dipasar cepogo..namun perut tetap mendemo minta asupan kembali.
Pilihan terbaik malam itu adalah sarimi soto berkuah, karena kuah nya yang enak juga karena cuaca yang sangat amat dingin jadi kita memilih memasak masakan yang hangat untuk perut kami berdua hahay

Sabana II pos Lima
     Setelah tertidur beberapa jam, alarm membangunkan saya. Ternyata jam menunjukan jam 5 pagi langsung saya solat kemudian sambil menunggu munculnya sunrise diufuk timur. Bahkan temen saya sisupri masih jingkrung didalam tenda karena kedinginan menggigil..bener-bener ni bocah malu-maluin hihihi
Sambil menikmati sunrise saya sempat membuat coklat panas, syahdu bukan? Hehe
Pagi itu ramaiii sekali..baru kali ini saya melihat gunung merbabu seramai ini.
Karena memang biasanya kita mendaki dimusim musim sepi alias hari2 biasa.

Dan beikut beberapa bonus pemandangan yang tertangkap oleh kamera smartphone saya
Have a nice day ;)
Sebelum sunrise

Sunrise momen

Gubuk kenangan

Bung supri keluar dari sarang

Saya dan bung supri


Camp area
Merapi

Saya dan merapi

Para pencari sunrise

Bung supri

Mahalawu

Masak-masak

Mahalawu

Sabana

Merindu

Camp kami

Bung supri

Saya

Pulang

Mungut sampah mu

Sebelum kepuncak


Atas sabana 1

Saya dan merapi

Trianggulasi

Disetiap perjalanan ambilah hikmah sebanyak-banyaknya.
Don't leave your trash, leave your passion to the others.
From smallest become bigger and felt the humble.
Nature always greatest than us. So don't try to beat nature.
Because nature always put their arm into